Beranda | Artikel
SERIAL FIKIH ANEH LDII : (2) SURAT PERNYATAAN TAUBAT
Rabu, 8 Oktober 2014

           Diantara fikih aneh madzhab Imam Islam Jama’ah (atau sekarang yang berubah menjadi LDII) adalah pertaubatan “orang dalam” harus disaksikan oleh imam atau para wakilnya. Jika seorang anggota “orang dalam” melakukan dosa dan hendak bertaubat atas dosanya maka harus melalui prosedur yang telah diatur dalam undang-undang Ijtihad Islam Jam’aah yaitu melalui prosedur surat pernyataan taubat.

Surat taubat tersebut berbentuk blanko yang berisi daftar kesalahan dan dosa yang telah ia lakukan, yang diakhiri dengan kewajiban membayar kaffaroh atas dosa-dosa yang telah ia lakukan tersebut. Semakin banyak dosa atau semakin besar dosa yang ia lakukan maka semakin besar dan banyak pula nilai nominal kaffarohnya.

Sebagai contoh barang siapa yang bersalaman antara lelaki dan perempuan yang bukan mahrom maka ijtihad imam menyatakan bahwa sekali salaman nilai nominal kaffarohnya sebesar nilai nominal perangko kilat khusus standar Kantor Pos Indonesia. Sehingga jika harga perangko naik maka harga nominal kaffaroh juga naik.   

Karena wajar jika setelah hari raya banyak kaffaroh yang harus dibayar, karena banyak anggota orang dalam yang bersalam-salaman dengan wanita yang bukan mahromnya.

Barangsiapa yang nonton di bioskop maka ijtihad imam menyatakan bahwa nilai nominal kaffarohnya adalah nilai nominal ongkos transport pp ke bioskop ditambah harga tiket bioskop film yang dia tonton ditambah nilai jajanan snack dan minuman yang dikonsumsi dalam acara nonton bioskop tersebut.

Selain itu juga ada kaffaroh dalam bentuk menjadi pekerja bangunan atau di ladang namun tidak diberi upah.

 

Tinjauan Hukum Syar’i

          Taubat merupakan ibadah yang agung di sisi Allah, bahkan Allah mencintai orang-orang yang bertaubat.

Allah berfirman :

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat (QS AL-Baqoroh : 222)

Taubat yang diterima oleh Allah adalah taubat yang memenuhi persyaratan taubat sebagaimana yang telah dijelaskan oleh para ulama;

– Meninggalkan dosa yang ia bertaubat darinya

– Menyesali dosa yang telah ia lakukan

– Bertekad untuk tidak kembali melakukan dosa tersebut

Jika dosanya berkaitan dengan hak orang lain, maka ia harus mengembalikan hak tersebut kepada pemiliknya atau meminta dihalalkan.

          Adapun taubat ala LDII maka ini merupakan taubat yang aneh yang tidak pernah diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada para sahabatnya. Sungguh aneh LDII yang mengaku satu-satunya bersistem “mangkul”, entah mangkul dari mana sistem taubat yang ia buat.

Adapun kritikan terhadap sistem taubat LDII maka dari beberapa sisi :

Pertama : Sistem surat atau blanko taubat tersebut yang diajukan kepada pihak imam atau wakilnya mirip dengan sistem surat penebusan dosa yang dilakukan oleh pihak katolik dimana pelaku dosa datang menuju pastor lalu mengakui seluruh dosa-dosanya dihadapan pastor lalu membayar surat penebusan dosa kepada pihak gereja.

 

Kedua : Sistem ini mengajarkan agar pelaku dosa menjabarkan dosa-dosanya kepada orang lain, padahal Allah telah menutupi dosa-dosanya.

Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda :

كل أمتي معافى إلا المجاهرين وإن من المجاهرة أن يعمل الرجل بالليل عملا ثم يصبح وقد ستره الله فيقول يا فلان عملت البارحة كذا وكذا وقد بات يستره ربه ويصبح يكشف ستر الله عنه

“Seluruh umatku termaafkan (terselamatkan) kecuali orang yang menampakkan (dosanya). Dan sesungguhnya diantara bentuk menampakkan (dosa) adalah seseorang melakukan dosa di malam hari lalu di pagi hari Allah telah menutupi dosanya, lalu ia berkata, “Wahai fulan, semalam aku melakukan dosa ini dan itu”. Padahal ia semalam tidur dalam kondisi Allah menutupi aibnya dan di pagi hari ia menyingkap/membuka tutupan Allah tersebut” (HR Al-Bukhari no 5721)

Orang yang mengisi blanko surat pernyataan taubat akan membongkar seluruh dosa-dosa yang ia lakukan. Dan jika ia ingin seluruh dosanya diampuni maka ia akan menulis dosa-dosanya secara detail baik dosa besar maupun dosa-dosa kecil.  Sungguh Allah telah menutupi aibnya dan ia malah mengumbar dan membuka aibnya di hadapan imam.

 

Ketiga : Pengampunan dosa tidak harus dengan kaffaaroh berupa harta. Hanya sebagian kecil dosa-dosa yang ditebus dengan kaffaroh berupa harta dalam Islam. Diantaranya :

– Membunuh orang lain

– Bersenggama dengan istri tatkala bulan Ramadhan padahal ia sedang berpuasa

– Melanggar sumpah

– Berburu binatang buruan tatkala ihrom

– dll

Adapun kebanyakan dosa tidak ada kaffarohnya dalam bentuk harta, akan tetapi kaffarohnya cukup dengan beristighfar kepada Allah dan bertaubat dengan taubat nasuha, atau dengan banyak melakukan ibadah-ibadah -seperti sholat, puasa, umroh, dll- yang akan menghapuskan dosa.

Contoh seperti sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهَرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا مَا تَقُولُ ذَلِكَ يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ قَالُوا لَا يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا قَالَ فَذَلِكَ مِثْلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا

“Bagaimana menurut kalian jika ada sungai di pintu rumah salah seorang dari kalian dan ia mandi di situ setiap hari lima kali. Apakah masih tersisa kotorannya?”. Mereka berkata, “Tidak menyisakan kotorannya sama sekali”. Nabi berkata, “Maka demikianlah seperti sholat lima waktu, menghapuskan dosa-dosa” (HR Al-Bukhari no 528 dalam bab الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ كَفَّارَةٌ

 “Sholat lima waktu adalah kaffaroh”)

الْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ

“Umroh yang satu ke Umroh berikutnya adalah kaffaroh (penebus) bagi dosa yang ada diantara keduanya, dan haji mabrur tidak ada balasan baginya kecuali surga” (HR Al-Bukhari no 1773(

 

Keempat : Kaffaroh yang berupa harta dalam syari’at berkaitan dengan orang miskin atau budak, bukan dengan membayar uang kepada sang imam !!!. Contohnya diantaranya :

– Berhubungan dengan istri di siang hari bulan Ramadhan, kaffarohnya adalah membebaskan budak, kalau tidak mampu maka berpuasa dua bulan berturut-turut, kalau tidak mampu maka memberi makan enam puluh orang miskin.

– Berburu binatang buruan tatkala sedang ihrom. Kaffarohnya sebagaimana dalam firman Allah

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَقْتُلُوا الصَّيْدَ وَأَنْتُمْ حُرُمٌ وَمَنْ قَتَلَهُ مِنْكُمْ مُتَعَمِّدًا فَجَزَاءٌ مِثْلُ مَا قَتَلَ مِنَ النَّعَمِ يَحْكُمُ بِهِ ذَوَا عَدْلٍ مِنْكُمْ هَدْيًا بَالِغَ الْكَعْبَةِ أَوْ كَفَّارَةٌ طَعَامُ مَسَاكِينَ أَوْ عَدْلُ ذَلِكَ صِيَامًا

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan, ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, Maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu sebagai hadyu yang dibawa sampai ke Ka’bah atau (dendanya) membayar kaffarat dengan memberi Makan orang-orang miskin atau berpuasa seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu. (QS Al-Maidah : 95)

– Membunuh orang lain, maka kaffarohnya sebagaimana dalam firman Allah

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ أَنْ يَقْتُلَ مُؤْمِنًا إِلا خَطَأً وَمَنْ قَتَلَ مُؤْمِنًا خَطَأً فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ وَدِيَةٌ مُسَلَّمَةٌ إِلَى أَهْلِهِ إِلا أَنْ يَصَّدَّقُوا فَإِنْ كَانَ مِنْ قَوْمٍ عَدُوٍّ لَكُمْ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ وَإِنْ كَانَ مِنْ قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ فَدِيَةٌ مُسَلَّمَةٌ إِلَى أَهْلِهِ وَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ تَوْبَةً مِنَ اللَّهِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا (٩٢)

Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan Barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah (yaitu : membebaskan si pembunuh dari pembayaran diat-pen). jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada Perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, Maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, Maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS An-Nisaa’ : 92)

– Melanggar sumpah, kaffarohnya sebagaimana firman Allah ;

لا يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَكِنْ يُؤَاخِذُكُمْ بِمَا عَقَّدْتُمُ الأيْمَانَ فَكَفَّارَتُهُ إِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسَاكِينَ مِنْ أَوْسَطِ مَا تُطْعِمُونَ أَهْلِيكُمْ أَوْ كِسْوَتُهُمْ أَوْ تَحْرِيرُ رَقَبَةٍ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ ذَلِكَ كَفَّارَةُ أَيْمَانِكُمْ إِذَا حَلَفْتُمْ وَاحْفَظُوا أَيْمَانَكُمْ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (٨٩)

Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, Maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi Makan sepuluh orang miskin, Yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, Maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya). (QS Al-Maidah : 89)

          Perhatikan kaffaroh-kaffaroh di atas, semuanya kembali kepada pembebasan budak, atau memberi makan kepada fakir miskin, atau menyembelih hewan yang dibagikan kepada fakir miskin. Tidak ada sama sekali kaffaroh dalam bentuk harta yang diserahkan kepada Imam. Karenanya di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak ada penarikan harta dari kaffaroh, yang ada hanyalah penarikan harta zakat !!

 

Kelima : Adapun dosa seperti menyentuh wanita yang bukan mahram jelas tidak ada kaffarohnya. Bahkan hal ini pernah terjadi di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam akan tetapi Nabi tidak suruh untuk membayar sama sekali.

أن رجلا أصاب من امرأة قبلة حرام فأتى النبي صلى الله عليه و سلم فسأله عن كفارتها فنزلت { أقم الصلاة طرفي النهار وزلفا من الليل إن الحسنات يذهبن السيئات } فقال الرجل أَلِيَ هذه يا رسول الله ؟ فقال لك ولمن عمل بها من أمتي

 “Ada seseorang mencium wanita dengan ciuman haram lalu ia mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya kepada Nabi tentang kaffarohnya. Maka turunlah firman Allah 

وَأَقِمِ الصَّلاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ

Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. (QS Huud : 114)

Maka orang itu berkata, “Apakah ayat ini hanya untukku wahai Rasulullah?”. Nabi berkata, “Untukmu dan juga untuk umatku yang melakukannya” berkata : (HR At-Tirmidzi no 3114. Dan asal hadits ini di  Shahih Muslim no 2763)

Perhatikan dalam hadits ini, sahabat ini melakukan dosa bukan hanya sekedar bersalaman dengan wanita yang bukan mahromnya, bahkan ia mencium wanita yang bukan mahromnya. Lalu ia mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya tentang kaffaroh dari dosa tersebut. Ternyata Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menyuruhnya membayar apapun, bahkan Allah yang memberi jawaban atas pertanyaan orang tersebut dengan menurunkan firmanNya, dan menjelaskan bahwa kaffarohnya adalah cukup dengan melaksanakan sholat.

Apakah imam LDII hendak mendahului Allah dan RasulNya?. Dari mana imam LDII mangkul tentang kaffaroh berupan harga perangko kilat khusus??

 

Keenam : Kalaupun kita menerima fikih aneh imam LDII/Islam Jama’ah yang mewajibkan setiap dosa ditebus dengan uang, maka sungguh aneh dalam hal penentuan nominal kaffaroh tersebut.

Orang yang bersalaman dengan wanita yang bukan mahromnya maka kaffarohnya adalah harga perangko surat kilat??.

Penentuan seperti ini mangkulnya dari mana?? Apa hubungannya antara menyentuh wanita yang bukan mahrom dengan perangko surat kilat khusus??!!

Sungguh fikih yang aneh tapi nyata !

 

Bersambung….

14 Dzulhijjah 1435 H / 08 Oktober 2014 M
Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja
www.firanda.com

 

 

Logo

Artikel asli: https://firanda.com/1262-serial-fikih-aneh-ldii-2-surat-pernyataan-taubat.html